Mengenal Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit Dalam Aspek Sosial, Ekonomi, Politik, dan Kebudayaan

Indonesia memiliki letak geografi yang strategis karena diapit oleh dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Pasifik dan Hindia). Karena itu, sejak dulu Indonesia sudah masuk dalam rute perdagangan dunia. Banyak kerajaan di Indonesia pada masa Hindu-Buddha yang mencapai masa kejayaannya sebagai kerajaan maritim. 

Blog ini akan membahas kerajaan-kerajaan maritim di Indonesia pada masa Hindu–Buddha dari beberapa aspek.


Masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia telah memunculkan kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Kerajaan-kerajaan pada masa Hindu-Buddha banyak yang berhasil mencapai puncak kejayaan, seperti Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Kedua kerajaan ini berhasil meraih puncak kejayaannya hingga wilayah kekuasaannya saat itu melebihi wilayah Indonesia sekarang. Kesamaan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit adalah sama-sama kerajaan bercorak Hindu-Buddha dan sama-sama sebagai kerajaan maritim.


1. Kerajaan Sriwijaya

Candi Muara Takus dibangun pada masa kerajaan Sriwijaya berdiri. (Sumber: Flickr/Dandin)
Sumber: Flickr/Dandin

Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad VI Masehi, kerajaan ini bercorak Buddha. Wilayah kekuasaanya terbentang dari berbagai negara, yakni Kamboja, Thailand bagian selatan, Semenanjung Malaya. Sedangkan di Indonesia meliputi Sumatera, pesisir barat Kalimantan hingga Jawa bagian barat. Pusat Kerajaan Sriwijaya terletak di antara Bukit Siguntang dengan Sobakingking (Palembang, Sumatera Selatan). 

Kerajaan Sriwijaya berkembang dinamis  dibawah pemerintahan raja-raja. Perkembangan Kerajaan Sriwijaya di beberapa aspek turut serta mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara hingga sekarang.


a. Aspek Politik

Zaman Kejayaan Sriwijaya tercapai pada abad VIII-XIX Masehi, puncaknya saat Kerajaan Sriwijaya diperintah oleh Raja Balaputradewa. Pada aspek politik, beberapa kebijakan yang mendorong Kerajaaan Sriwijaya menjadi besar adalah, meletakkan dasar politik kerajaan pada penguasaan jalur pelayaran, jalur perdagangan dan menguasai wilayah strategis untuk digunakan sebagai pangkalan armada laut. Kebijakan politik ekspansi ini selain berhasil memperluas wilayah kerajaan, juga menjadikan pusat perdagangan dengan mengusai jalur-jalur perdagangan India, Cina, Selat Malaka, Selat Sunda, Semanjung Malaya dan Tanah Genting Kra.


b. Aspek Sosial

Sebagai kerajaan maritim yang menguasai wilayah perairan jalur perdagangan dunia, maka penduduk Kerajaan Sriwijaya banyak berinteraksi dengan orang-orang berbagai belahan dunia termasuk dengan pedagang. Para pedagang selain berdagang juga menyiarkan agama, penduduk Kerajaan Sriwijaya pun bersifat terbuka terhadap hal baru. Misalnya masuknya ajaran agama Buddha dari India, untuk memperdalam ajaran agama Buddha, para biksu muda dari Kerajaan Sriwijaya yang memiliki semangat belajar tinggi memperdalam ilmu agamanya ke India. 


c. Aspek Ekonomi

Secara geografis, Sriwijaya berada di antara dua pusat peradaban Asia yakni India di barat dan Cina di sebelah timur. Kedua pusat peradaban itu melakukan hubungan dagang, dengan demikian kawasan Sriwijaya menjadi jalur dan mata rantai yang menghubungkan keduanya. Kemudian masyarakat Sriwijaya terlibat dalam hubungan tersebut, pantai-pantai yang strategis di Selat Malaka sering dijadikan pelabuhan berbagai barang dagangan. Oleh karena itu, muncullah penguasa-penguasa setempat yang kemudian berperan sebagai pedagang.
Dalam kaitan itu, hasil bumi dari Kerajaan Sriwijaya semakin menguatkan dugaan bahwa kehidupan ekonomi masyarakat Sriwijaya bertumpu pada kegiatan pelayaran dan perdagangan. Untuk menjaga keamanan wilayah lautnya yang luas, Sriwijaya membangun armada laut yang kuat sehingga perdagangan yang berlangsung Sriwijaya dapat berjalan aman.


d. Aspek Budaya

Kehidupan budaya masyarakat Sriwijaya yang sangat dibanggakan adalah saat Sriwijaya menjadi pusat pengajaran ajaran Buddha di Asia Tenggara, para pendeta yang berasal dari wilayah sebelah timur Sriwijaya seperti Cina dan Tibet banyak yang menetap di Sriwijaya. Tujuan mereka adalah belajar ajaran Buddha, sebelum mereka belajar ke India yang merupakan tanah asal lahirnya agama Buddha. 

Masyarakat Kerajaan Sriwijaya memiliki dinamika yang tinggi, oleh karena itu pihak kerajaan membuatkan area publik berupa taman yang bisa diakses oleh Sriwijaya yang tengah memperdalam ajaran Buddha di India. Secara budaya, hal ini jelas menunjukkan bahwa raja-raja Sriwijaya memiliki perhatian yang besar pada pengembangan budaya dan pendidikan, khususnya mengenai pendidikan pengajaran agama Buddha.


2. Kerajaan Majapahit

Sumber : pesona.travel

Kerajaan Majapahit terletak di daerah Tarik, Kabupaten Mojokerto, Jawa timur. Kerajaan ini berkembang dari tahun 1293-1500. Pada awalnya, daerah Tarik diberikan oleh Aria Wiraraja kepada Raden Wijaya. Selanjutnya, oleh Raden Wijaya dibangun menjadi pemukiman dan berkembang pesat menjadi Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya pun dinobatkan menjadi Raja Majapahit, bergelar Sri Jayawardhana (1293-1309).

Kerajaan Majapahit pada awalnya merupakan kerajaan Hindu bercorak agraris, lalu pada puncak kejayaannya Kerajaan Majapahit bercorak maritim. Pergeseran dari corak agraris menjadi maritim, dipengaruhi beberapa hal :

• Menerapkan kebijakan politik dwipantara untuk memperluas wilayah kekuasaannya.
• Masuknya agama Hindu-Buddha akhirnya kerajaan mengenal sistem pemerintahan.
• Menjadi produsen hasil pertanian yang diminati daerah lain.
• Meningkatnya jaringan perdagangan.
• Meningkatnyadaya dukung perniagaan jalur laut, berupa adanya pelabuhan besar.


a. Aspek Politik

Majapahit selalu menjalankan politik bertetangga dengan baik serta berjalan lancar dengan kerajaan asing, seperti Kerajaan Cina, Ayodya (Siam), Champa dan Kamboja. Hal itu terbukti sekitar tahun 1370-1381, Majapahit telah beberapa kali mengirim utusan persahabatan ke Cina. Kerajaan Majapahit menjalin persahabatan dengan negara tetangga untuk memperkuat kerajaan, berbanding lurus dengan kebijakan politik luar negeri negara kita sekarang ini, yakni bebas aktif dalam kancah pergaulan di dunia internasional.


b. Aspek Sosial

Dengan adanya kitab kutaramanawa yang digunakan dasar hukum Kerajaan Majapahit peradilan dilaksanakan secara ketat, siapa yang bersalah dihukum tanpa pandang bulu. Oleh karena itu, kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Majapahit tercipta kondisi tertib, aman, damai dan tentram. Kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat Kerajaan Majapahit ditandai berkembanganya agama Hindu dan Buddha yang tumbuh bersama. Dengan kondisi kehidupan yang aman dan teratur, masyarakat mampu menghasilkan karya-karya budaya yang bermutu tinggi, seperti beragam candi dan karya sastra.


c. Aspek Ekonomi

Kemakmuran masyarakat Kerajaan Majapahit tercipta karena kehidupan dibidang ekonomi tumbuh dengan baik. Pertanian dan perdagangan berjalan dengan lancar dan wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit meliputi daratan dan perdagangan laut yang luas, hal ini membuat Majapahit menjadi kerajaan agraris dan maritim. Sebagai kerajaan agraris hasil utamanya adalah hasil pertanian, sementara dibidang maritim Kerajaan Majapahit mengembangkan perdagangan hingga ke luar negeri. Hal ini terjadi karena keberhasilan dalam menjalankan kebijakan politik “mitreka satata”.


d. Aspek Kebudayaan

Kehidupan berbudaya pada masa Kerajaan Majapahit berkembang dengan baik, hal ini ditandai dengan adanya karya-karya budaya yang bermutu tinggi. Hasil budaya Majapahit dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yakni berupa bangunan candi dan karya sastra (kitab). 


KETERKAITAN KERAJAAN MARITIM ZAMAN HINDU-BUDDHA DENGAN KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA KINI.

a. Aspek Politik

Dengan masuknya ajaran agama Hindu-Buddha ke Indonesia maka kerajaan yang ada, baik Sriwijaya maupun Majapahit menggunakan sistem pemerintahan yang berkaitan dengan agama dengan raja sebagai kepala pemerintahan. Pada zaman Kerajaan Sriwijaya, untuk menjamin kelanggengan kekuasaan raja maka diambil sumpah setia bagi seluruh keluarga raja serta pejabat kerajaan. Demikian pula di masa sekarang, untuk menjamin keberlangsungan NKRI maka semua pejabat yang terpilih dalam struktur pemerintahan pada saat pelantikannya senantiasa diambil sumpah jabatannya. Lalu Kerajaan Majapahit memiliki pejabat yang kompeten dan handal dalam kemaritiman, di masa sekarang untuk memilih pejabat yang kompeten dilaksanakan seleksi kepatutan dan kelayan.


b. Aspek Sosial

Masyarakat pada masa kerajaan maritim Hindu-Buddha hidup rukun, harmonis dan berdampingan di antara pemeluk agama Hindu dan Buddha. Hal ini tercermin pada Kerajaan Majapahit, yakni Raja Hayam Wuruk beragama Hindu sedangkan Patih Gajah Mada beragama Buddha. Pada masa kerajaan Hindu-Buddha masyarakat terbuka dalam berinteraksi sosial dengan dunia internasional, melalui kegiatan perdagangan maupun penyebaran ajaran agama Hindu-Buddha.

Dinamika masyarakat Indonesia, sudah mewarisi keharmonisan kehidupan beragama ini. Sekarang semakin dinamis, sudah terbuka dengan berbagai ragam perbedaan suku, budaya dan agama penduduk Indonesia. Di era modern sekarang ini, dunia serasa seperti dalam satu genggaman melalui bantuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Guna mendorong interaksi sosial masyarakat Indonesia dengan dunia agar kita lebih maju lagi, terdapat pertukaran pelajar antarnegara dan pertukaran kebudayaan antarnegara.


c. Aspek Ekonomi

Indonesia sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha sudah menjadi rute perdagangan internasional. Untuk memperkuat arus kegiatan distribusi perdagangan menggunakan jalur laut, kerajaan-kerajaan maritim membangun pelabuhan di pusat perdagangan di wilayah kekuasannya. Zaman sekarang, pemerintah mencentuskan program tol laut. Tujuannya untuk menghubungkan pelabuhan-pelabuhan besar yang ada di Indonesia. Dengan adanya hubungan antara pelabuhan-pelabuhan laut ini, maka dapat diciptakan kelancaran distribusi barang hingga ke pelosok.


d. Aspek Kebudayaan

Sebagai bangsa maritim, kita wajib bersyukur karena telah dianugerahi perairan yang luar biasa dan bertanggung jawab atas kelestariannya. Rasa syukur dapat diwujudkan sesuai dengan agama dan keyakinan penganutnya, sebagai rasa syukur masyarakat mengadakan ritual sesuai tradisi masing-masing. Salah satu ciri khas upacara adat maritim warisan masa Hindu-Buddha adalah ritual “petik laut”, sekarang upacara ini telah berkembang bukan hanya sebagai tradisi namun juga menjadi obyek wisata budaya. 


Sumber : Dari buku 'Jayalah Maritimku Jayalah Indonesiaku' Sejarah Peminatan Paket C setara SMA/MA Kelas XI Modul Tema 6

Penyusun Isi : 

1. Balqis Khoirunnisa 
2. Nasywa Nabila 
3. Natasha Aulia 
4. Shafa Dzikra 
5. Syafira Sibratha 
6. Zahra Zhafira 

Komentar

  1. Blog ini inspiratif! Sangat membantu saya mencari informasi tentang kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, Terima kasih kak!

    BalasHapus
  2. Akhirnya ketemu blog yang komplit, makasih yaaa. ngebantu banget nih :)

    BalasHapus

Posting Komentar